Antara Nilai Cinta dan Kotak-Kotak Ciptaan Manusia

Menemukan banyak hal yang terjadi di sekeliling saya dan beberapa pandangan beberapa orang, membuat saya teringat akan cerita ibu saya.

Ketika itu ada hal yang menggelitik pikiran saya mengenai pernikahan ibu dan bapak saya. Saya ingin tahu, alasan apa yang membuat ibu saya tertarik dan akhirnya menikah dengan bapak.

Karena kegantengan nya kah? Ibu saya berkata tidak. Karena saat saya melihat foto ayah saya jaman itu, bisa dipastikan malah sukses membuat saya tersenyum-senyum sendiri. Bapak yang punya tampang aduhai pas-pasan *ini bukan bermaksud meledek bapak saya loh yah. hehehehe...

Karena pekerjaannya kah? Kata ibu Saya juga tidak, karena saat itu pekerjaan bapak cuma sebatas pekerja yang dikontrak, dengan gaji yang pas-pasan.


Karena status kedudukan dari opung saya kah (baca : nenek-kakek)? Tidak juga, karena opung saya bekerja sebagai petani, menanami sawahnya dengan padi.

Karena pada saat itu cuma bapak yang naksir ibu? Kata ibu saya juga tidak. Waktu itu ada beberapa pria yang datang dan berniat serius sama ibu, malah ada yang lebih mapan.

Lantas, apa yang membuat ibu saya lantas memilih bapak sebagai pasangan hidupnya?

Karena ibu melihat bapak dari sikapnya, kata ibu saya, bapakmu itu baik sekali orangnya, sabar dan pekerja keras. Walaupun pada saat itu, bapakmu belum punya pekerjaan yang mapan,tapi ibu percaya suatu saat kerja keras nya akan membuahkan hasil. Dan yang terlebih penting, bapakmu itu dekat dengan Tuhan.

Yah..akhirnya satu tahun sesudah ibu saya menikah, setelah bersusah payah ikut tes bapak saya resmi menjadi karyawan tetap di sebuah perusahaan BUMN. Bagaimana dengan pernikahan yang dijalani sampai sekarang? Saya acungkan dua jempol, bentuk pernikahan yang sangat indah, saling menghargai dan saling mencintai.

Sementara di satu sisi lain, ada segelintir orang yang berpikir, kotak-kotak seperti status sosial, kedudukan, pekerjaan, materi menjadi posisi teratas di bandingkan dengan cinta.

Si pria berkata, lihat saya punya pekerjaan yang mapan, saya punya uang, saya bisa mendapatkan cinta. Karena saya punya kotak-kotak itu. Dan pikirkan apa dampak dari pemikiran si pria, wanita jadi berprikiran abang punya apa untuk mendapatkan cinta sayah..

Atau cap sebagai wanita yang jual murah, pada saat si wanita akan menikah dengan pria yang notabenenya belum mempunyai pekerjaan. Apa tak terlalu bijak untuk mencap wanita seperti itu jual murah? Saya yakin si wanita bisa melihat satu hal yang ga bisa dilihat oleh orang lain saat dia memutuskan untuk menikah dengan si pria. Dan si pria berprinsip, dengan saya menikahi orang yang saya cintai saya lebih semangat untuk berusaha, untuk bekerja. Saat orang mengambil keputusan seperti ini, butuh keberanian yang sangat tinggi. Apa yang bisa membuat mereka seperti itu?

Sesaat esensi cinta itu sudah berubah berdasarkan kotak-kotak yang diciptakan oleh manusia. Kotak-kotak itu menempati posisi pertama, lalu cinta di posisi kesekian. Yang menganggap kekuatan cinta tak lagi zamannya di era seperti sekarang ini.

Saya kok berpikir dengan cinta saya bisa melakukan banyak hal, membuat saya bertahan menghadapi kerasnya hidup karena saya punya dan didukung oleh orang-orang yang mencintai dan dicintai oleh saya. Dan kelak saat saya memutuskan untuk menikah saya cuma ingin melihat dia dan keprbadiannya.

4 komentar:

  1. Setuju.. Cukup dengan Cinta..

    dan masalah kotak?

    jika kita mencintai seseorang dengan sungguh2..

    maka kita pasti akan memperjuangkan yg terbaik untuk dia.. termasuk kotak2 itu..

    BalasHapus
  2. Sip lah....
    Selamat menemukan pribadi yg cocok ya..

    :D

    BalasHapus
  3. Bener nona,

    Aku juga sering marah sama pacarku waktu dia bilang aku cantik,

    " Ah, 50 tahun lagi kan aku udah ga cantik?"

    Trus pacarku bilang lagi..
    Ah, 100 tahun lagi pun, kamu masih terlihat cantik bagiku, kecantikan hatimu itu kan abadi?

    Aduh, meleleh..

    ;)

    BalasHapus